AS Siapkan Paket Embargo Terkini, Pertanda Serangan Ke Iran Sudah Matang?
REP | 23 November 2011 | 00:22Amerika Serikat (AS) agaknya sudah tidak sabar lagi melihat “Si anak Nakal” Iran yang terus menerus bergeliat dengan program nuklir mereka. Hal ini terindikasi dari sebuah pengumuman yang disampaikan secara bersama oleh Menlu AS, Hillary Clinton dan Menteri Keuangan AS, Timothy Geithner di Washington DC pada tanggal 21 Nopember 2011 lalu tentang rencana sikap tegas pemerintah AS dan sekutunya bahkan dunia untuk segera menghentikan Iran.
AS sebagaimana dikutip dalam pemeberitaan The Associated Press (21/11) menyampaikan sebuah rencana terpadu untuk memberi sanksi lebih tegas dan keras kepada Iran. Paket sanksi tersebut mengandung unsur memaksa karena sekaligus meminta dengan tegas kepada negara manapun (termasuk pebisnis AS) agar TIDAK terlibat bisnis dengan Iran yang berkaitan dengan industri perminyakan dan petrokimia di Iran. AS akan membekukan hubungan kerjasama melalui peranan Bank Sentral terahdap siapapun dan tidak segera menghentikan kerjasama dengan Iran dalam masalah Nuklir, Petrokimia dan Perminyakan dan gas di Iran.
Langkah ini diambil oleh AS setelah berkordinasi dengan Inggris dan Kanada yang telah siap siaga mendukung langkah keras AS terhadap Iran, seperti yang disampaikan oleh kedua pejabat kementrian di AS tersebut di atas. Ke tiga negara tersebut akan memaksakan sanksi tersebut disahkan oleh PBB dalam sebuah resolusi terbaru dan lebih memaksa.
Sebagaimana diketahui, sejak tahun 2006 telah terbit empat buah resolusi PBB terhadap Iran tentang larangan pengayaan teknologi Nuklir untuk kepentingan apapun di Iran dengan alasan yang spesifik dan sangat detail. Jika sanksi terbaru AS dan sekutunya di sahkan oleh PBB maka ini adalah sebuah resolusi PBB yang amat berat yang harus dihadapi Iran.
Adapun beberapa langkah sanksi terbaru dan lebih memaksa ketimbang sejumlah resolusi PBB sebelumnya yang TIDAK terbukti efektif tersebut antara lain adalah :
- Merujuk kepada Undang-undang Patriot Federal (Patriot Act) memberikan wewenang luas bagi pemerintah AS untuk melakukan tindakan anti terorisme, penyadapan telepon dan komputer serta penerbitan, memberi wewenang bagi pemerintah untuk melakukan apapun untuk memerangi segala sesuatu yang dianggap mengancam kepentingan dan eksistensi AS baik dalam negeri maupun di luar negeri. Jika ini terjadi maka UU Patriot ini akan digunakan pada kesempatan yang ke dua kali setelah diterapkan oleh pemerintah AS dalam menghancurkan terorisme sebagai dampak serangan 11 September 2001 lalu. Melihat hal ini terdapat indikasi yang sangat serius oleh AS dan sekutunya terhadap Iran.Menlu Hillary dan Menkeu AS Timothy Geithner di Washington DC, menyampaikan pengumuman sikap AS terhadap sanksi ekonomi terhadap Iran (21/11)
- Mempertegas kepada seluruh pebisnis AS terutama sekali diminta agar tidak melakukan transaksi apapun dalam teknologi di bidang Petrokimia. Sebagaimana diketahui industri petrokimia Iran adalah penyumbang devisa nomor dua terbesar Iran setelah minyak mentah.
- Memperluas saksi terhadap Iran dengan cara mematikan modernisasi teknologi perminyakan dan gas Iran. Dengan cara ini diharapkan cepat atau lambat Iran akan mengalami pukulan akibat ketertinggalan dalam bidang teknologi bidang migasnya.
- Menggunakan 11 perusahaan yang memiliki jaringan bisnis yang selama ini membantu proses dan alih teknologi bidang petrokimia untuk Iran segera mengehentikan kerjasama dengan Teheran.
Atas dasar 4 langkah strategi melumpuhkan Iran di atas pemeritnah AS meminta negara manapun untuk mengevaluasi kerjasama mereka dan berpikir dua kali sebelum meneruskan kerjasama dengan Iran.
Setelah pengumuman tersebut, Presiden Obama langsung memberikan reaksinya kepada dunia tentang sikap tegas AS selanjutnya. “Iran telah memilih isolasi dunia ketibang kooperatif menghentikan program nuklirnya. Tindakan Iran ini sangat berbahaya karena AS dan dunia akan terus menemukan cara untuk menghentikan dan mengisolasikan Iran serta meningkatkan tekanan terhadap rezim Iran,” kata Obama.
Sebagaimana diketahui AS dan sekutunya seperti kebakaran jenggot tatkala tim pemantau PBB yang telah berakhir tugasnya dalam inspeksi ke berbagai lokasi yang ditetapkan PBB menemukan indikasi bahwa Iran sebetulnya sedang mengembangkan energi Atom. Fasilitas nuklir yang selama ini disebutkan untuk kepentingan listrik dan farmasi sebenarnya diarahkan untuk mengembangkan senjata nuklir. Demikian menurut laporan yang dikutip dari The Huffingpost.com edisi 22/11 dengan judul berikut :http://www.huffingtonpost.com/huff-wires/20111121/us-us-iran-sanctions-glance
Apa pendapat Iran tentang hal tersebut? Gentarkah Iran terhadap ancaman sanksi tersebut? Juru bicara kementrian luar negeri Iran Ramin Mehmanparast menanggapi kesimpulan yang dibuat AS dan sekutunya tidak akan efektif dan lebih berorientasi kepada perang psikologis semata. Paket sanksi terbaru tersebut tidak akan menghentikan langkah Iran untuk menggunakan teknologi nuklir untuk kepentingan dan kemaslahatan bangsa Iran di segala bidang khususnya bidang listrik dan farmasi.
Ramin melanjutkan bahwa sanksi tersebut tidak efektif karena kontribusi perusahaan asing dalam pengembangan teknologi nuklir Iran sangat kecil jadi tidak berpengaruh apa-apa. “Langkah AS dan Inggris tesebut hanya mencerminkan sikap permusuhan yang nyata bagi negara dan bangsa Iran,” demikian Ramin menjelaskan.
Pada kesempatan itu Ramin juga membantah tudingan Uni Eropa yang menyebutkan bahwa Iran berkontribusi besar dalam memasok senjata Kimia ke Libya saat almarhum Presiden Khadafy berkuasa. Sebagaimana disinyalir Barat bahwa Iran memasok ratusan peluru arteleri khusus yang berisi senyawa kimia untuk rezim Khadafy. Hal ini dibantah oleh Iran sebagaimana disampaikan oleh Ramin bahwa hal itu hanyalah perang psikologis dan bentuk keputusasaan AS dan sekutunya.
Sementara itu, ketua delegasi Iran di IAEA Ali Asghar Soltanieh kepada EuroNews membantah seluruh yang dituduhkan Barat, misalnya menuduh Iran sedang menyiapkan bom Atom. Ia bahkan mengajak utusan IAEA untuk melihat situasi dan kondisi terkini tentang yang dituhkan dan melihat faktanya.
Sementara itu di beberapa lokasi nuklir Iran, beberapa kelompok orang telah membentuk rantai manusia sebagai simbol dukungan masyarakat Iran terhadap program bangsa dan negara mereka.
Analisa sebab akibat.
Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh AS dan sekutunya dan PBB dalam rancangan sanksi terbaru tersebut, yaitu :
- Mungkinkah Rusia, China dan beberapa negara Amerika Selatan serta Korea Utara menghentikan kerjasama dengan Iran? Padahal ekspor produk petrokimia Iran sangat diperlukan di negara-negara tersebut untuk berbagai bidang manufaktur?
- Apa jadinya jika China dan Rusia memveto resolusi PBB terhadap Iran sementara PBB memperoleh suara mutlak tentang persetujuan dunia untuk mengiplementasikan sanksi terberat kepada Iran?
- Apakah ultimatum AS tersebut merupakan sebuah signal khsus kepada Israel untuk segera melanjutkan aksi khusus mereka kepada Iran sebagaimana yang telah diprediksi oleh berbagai kalangan analis militer dan pakar strategi perang untuk Timur Tengah dan Asia bahwa memang benar serangan terhadap Iran akan terjadi pada Nopember 2011, meskipun tinggal beberapa hari lagi?
- Melihat persiapan Iran sangat matang dan dukungan Rusia serta China sangat nyata terhadap Iran apakah ini yang dimaksud oleh Fidel Castro tentang ramalannya bahwa “kiamat” akan terjadi pada tahun 2011?
Sangat besar biaya untuk menjinakkan Iran. Kelestarian dan kedamaian di bumi akan hancur berkeping-keping akibat tidak ditemukan kesesuaian pendapat antara negara-negara terkait dalam mengatualisasikan jati diri negara dan bangsa mereka dengan cara perlombaan senjata.
Bukankah diplomasi dan kerjasma dengan tarik ulur dan saling menguntungkan akan lebih membuat bumi atau dunia ini menjadi nyaman untuk ditempati oleh seluruh ummat manusia..?
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar